cover landing

Tabir Fakta

By putriaac

Lilin yang menyala itu, kini kian meredup diembus angin malam.

🎭🎭🎭

Hancur sudah angan yang telah terbangun tinggi.

Matanya menatap kerlip berbagai macam bintang, yang menemani satu-satunya rembulan nan bersinar terang di langit malam. 

Ingin sekali rasanya menjadi sang bintang. Meski nantinya akan terpendam di antara bintang yang lain, setidaknya bintang tersebut ikut berpartisipasi dalam menerangi petangnya langit. Memberikan cahaya hidup bagi seluruh umat manusia. 

Namun, cahaya salah satu umat manusia ini telah meredup, bagaikan api lilin yang kian memadam karena embusan angin. Walau perlahan, tetapi jika terus diembuskan ... bagaimana bisa cahaya lilin tetap bertahan?

Bibirnya tersenyum. Masa depan yang telah terpancang tinggi, kini kian menggelap, seperti langit saat ini. Bedanya, langit malam masihlah ada cahaya berkat bulan yang diiringi bintang. Sedang dirinya? Benar-benar tak ada harapan.

Perlahan kepala yang mendongak kini beralih sedikit menunduk. Menatap aspal di bawah yang cukup keras jika dipijak. Langkah demi langkah ia lalui. Ketika mencapai ujung tempat ia berpijak saat ini, matanya terpejam rapat. Merasakan embusan angin, setidaknya untuk yang terakhir kali.

Setelah tekat itu semakin bulat, perlahan, kakinya tak berada di permukaan rooftop lagi. Namun, ... mulai menapak udara. 

Tubuhnya pun mulai terasa ringan, seiring beban yang satu persatu mulai lepas. Tanpa memedulikan resiko akhir, tanpa memedulikan dosa yang kian menjulang. 

Yang ia tau, ia hanya ingin mengakhiri seluruh bebannya. Seolah lupa, bahwa ada Tuhan yang menjadi tempat bersandar, yang setia menemani sepanjang hidup. 

🎭🎭🎭

Malam itu, laksana malam pada umumnya. Rupa langit yang kian menggelap, berpadu dengan mega berarak melintasi sang cakrawala. Bayang kelelawar yang berkelibangan, mewarnai langit gelap nan mencekam. Atau mungkin dengan iringan nada lagu dari sang burung hantu yang tak berhenti bernyanyi sepanjang malam? 

Kurang ajar. Kelakuannya nggak bisa dibiarin!

Namun, yang tampak berbeda malam ini adalah eksistensi seorang pemuda yang bersembunyi di balik tembok sebuah gang sempit dengan tangan terkepal kuat, sembari melontarkan sumpah serapah dalam benaknya. Raut pemuda tersebut tampak tak nyaman untuk dipandang.

"Berengsek. Berengsek banget kamu. Benar-benar nggak punya hati!" Fernando tak dapat menahan emosinya lagi. Napas lelaki itu mulai tak karuan, bahkan langkah kakinya terdengar sangat tegas ketika keluar dari tempat persembunyiannya. 

Sejak tadi, Fernando mengamati sosok yang ia ikuti beberapa menit lalu. Itu pun karena Nando tak sengaja berpapasan dengan sosok tersebut yang membuat Fernando mulai penasaran. Ia terus melihat apa saja yang telah sosok itu lakukan. Semakin lama Nando mengamati, semakin menguar pula emosi yang kian mendidih di pucuk ubun-ubunnya. 

Di sisi lain, sosok yang baru saja disumpah serapahi oleh Fernando terkejut begitu menyadari eksistensi lelaki jangkung tersebut. 

"Nando?" 

"Biadab, kamu. Jadi kamu penyebab temen-temen kita bunuh diri, iya?" Sosok itu spontan tersenyum miring, memberikan seringaian yang menyeramkan. 

"Loh, itu kan pilihan mereka. Lagian aku nggak nyuruh mereka buat loncat dari lantai atas atau gantung diri, kok. Apalagi nyayat pergelangan tangannya sendiri." Fernando tak dapat menahan emosi lagi. Tangan yang berada di samping tubuhnya semakin terkepal kuat. Napas lelaki tersebut pun kian memburu di antara embusan angin malam, seiring dengan raut Fernando yang mulai memerah seperti kepiting rebus. 

Namun, tanpa Fernando duga, secara tiba-tiba sosok tersebut berjalan mendekati dirinya sembari mulai menudingkan telunjuk. Insting pertahanan diri Nando spontan bekerja. Ia pun perlahan berjalan mundur. 

"Aku beri kamu peringatan! Jangan coba-coba bermain api denganku, atau kamu ...." Sosok itu menghentikan ucapannya. Sebagai ganti, ia merotasikan telunjuk yang awalnya menuding ke wajah Fernando, lalu beralih bergerak secara horizontal di depan lehernya. Seolah akan menyayat kulit yang melindungi trakea miliknya. 

Menunjukkan bahwa ia tak main-main saat memberikan ancaman pada Fernando. 

Fernando sontak mendidih di tengah diamnya. Mengapa kejahatan seperti ini rasanya sulit diungkapkan? Lantas, ke mana sebenarnya keadilan terhadap kebenaran? Menguap tak bertuankah? []

🎭🎭🎭

To be continued ....

Terima kasih teruntuk kalian yang sudah membaca kisah Fernando. 

Jangan lupa tinggalkan jejak positif serta share jika kalian suka kisah ini, ya. Kalau ada kritik dan saran, boleh banget disampaikan~

Borahae all πŸ’œπŸ’‹

Β©putriaac





<