cover landing

Memedi

By Ari Keling

Sejak masuk Sekolah Dasar saya sudah tertarik dengan hal-hal horor. Mungkin karena awalnya saya mendapati sebuah bacaan horor. Ya, jika teman-teman sepermainan saya membeli agar-agar, gambaran, atau kelereng di tukang mainan yang lewat di depan rumah, saya pasti lebih dulu membeli komik Petruk dan Gareng. Jika ada sisa uang jajan, barulah saya membeli yang lain. Kalau kamu seangkatan dengan saya, atau mungkin usiamu lebih tua dari saya dan suka membaca, pasti tahu komik-komik Petruk dan Gareng karangan Tatang S.. Komik dengan setting tempat Desa Tumaritis itu menceritakan kisah-kisah horor, tapi juga kadang ada unsur komedinya. Ketika saya mulai menggemari komik itu, saya pun terus membaca dan mengoleksinya. Ada satu judul yang saya ingat dan menurut saya yang paling seram, yaitu ‘Gudang Memedi’. Sayangnya, komik-komik itu entah ke mana. Saya sudah tak lagi menyimpannya sejak pindah rumah. Sayang sekali.

Memasuki Sekolah Menengah Pertama atau SMP, bacaan horor saya meningkat. Maksudnya kehororannya lebih dari cerita Petruk dan Gareng. Ya, almarhum bapak saya waktu itu berlangganan majalah Misteri, di mana saya suka sekali membaca cerpen-cerpen horor yang kabarnya dari kisah nyata—mulai dari cerita-cerita pesugihan, sampai tempat-tempat angker di banyak daerah. Selain itu, saya juga membaca komik lain yang lebih komedi di koran Pos Kota. Koran itu langganan kakek saya, di mana ada bagian Lembergar atau Lembaran Bergambar yang isinya komik strip seperti Belor, Doyok, Kubil, Ali Oncom, dll. Kalau sepupu saya langganan majalah Bobo. Majalah ini juga jadi bacaan saya dan yang paling saya ingat si Nirmala. Jadi, sejak kecil saya memang bisa dibilang suka membaca.

Waktu itu saya tidak pernah banyak bertanya soal makhluk halus kepada Bapak. Saya hanya terus membaca cerita-cerita seram di majalah Misteri itu. Waktu itu pula saya sering menyaksikan program horor di salah satu stasiun televisi, kalau tak salah ingat yaitu Kismis—Kisah-Kisah Misteri. Ini juga kabarnya diangkat dari kisah-kisah nyata. Dulu, ada juga film dengan judul ‘Palasik’. Seingat saya film berseri ini mainnya siang hari, tapi seru dan menambah wawasan saya tentang perhantuan di Indonesia. Hehehe. Kalau kamu tak tahu apa itu Palasik, silakan cari di Google. Selain itu, ada juga horor yang campur dengan komedi, yaitu film berseri ‘Pocong Mumun’—kalau tak salah judulnya itu. Saya juga suka menonton film-film horor jadul seperti yang dimainkan almarhumah Suzanna. Ada pula yang cukup kental dalam ingat saya, yaitu film ‘Pocong Pak Joyo’, ‘Bayi Ajaib’, ‘Pengabdi Setan’,  serta ‘Cincin Berdarah’. Apalagi sekarang, semakin banyak film horor yang sudah saya saksikan—baik film dalam negeri maupun luar negeri. Bisa dibilang, hidup saya penuh dengan kehororan. Hehehe. Perihal kenapa karya saya yang terbit lebih banyak romance, ah kalau itu soal rezeki—dan memang selain horor saya juga menyukai cerita romance. Atau pula saya menemukan keromatisan di dalam kehororan. Hehehe.

Sebenarnya saya tidak mau masuk sedikit ke ranah agama, tapi tuk bicara soal jin, ada penjelasan dalam agama saya. Karena ilmu agama saya belumlah tinggi atau mungkin ada hal-hal yang belum saya ketahui, jadi jika ada yang keliru atau salah mohon kawan-kawan yang lebih tahu untuk membenarkan atau mengoreksinya.

Dalam Islam, Allah SWT menjelaskan kalau jin diciptakan dari api yang sangat panas. Dijelaskan juga kalau jin bisa melihat manusia, tapi manusia tidak bisa melihat jin. Saya meyakini ini. Jadi, jika ada orang yang mengaku melihat wujud asli jin, saya tidak percaya. Saya ulang sekali lagi biar tidak keliru. Saya tidak percaya jika ada orang yang mengaku bisa melihat wujud asli jin. Lantas, mengapa ada orang yang bisa—baik sengaja atau tidak sengaja—melihat wujud makhluk halus atau hantu yang saya bilang adalah jin? Itu karena jin sudah menyerupai apa yang bisa kita lihat. Contoh yang paling sederhana, kita melihat perempuan berambut panjang dengan pakaian berwarna putih, dengan wajah putih pucat, katakanlah semuanya serba putih. Lantas kita menyebut dia kuntilanak. Ya, jin itu sudah menyerupai wujud-wujud yang pada dasarnya bisa kita lihat, yaitu sosok perempuan. Jin juga bisa menyerupai hewan, yang mungkin kita menyebutnya siluman. Atau mungkin jin menyerupai dengan sosok-sosok manusia seperti kita.

Setahu saya yang bisa melihat wujud asli jin hanya Nabi dan Rasul. Adapun hewan yang bisa melihat wujud asli jin, yaitu keledai dan anjing. Makanya kita disarankan membaca doa jika tengah malam mendengar ringkikan keledai atau lolongan anjing.

Baiklah, segitu saja penjelaskan saya sedikitnya tentang jin. Lain waktu mungkin saya menulis bahasan lain tentang jin—tentu dari apa yang saya tahu.

Di kesempatan ini, saya akan coba menuliskan kisah-kisah yang saya alami sendiri dan dari orang-orang yang bertutur kepada saya. Dari kali pertama saya melihat dan merasakan kehadiran ‘mereka’—baik di rumah lama, angkutan umum, rumah sakit, gunung saat pendakian, dll—sampai sekarang ini. Mungkin sebagian orang akan merasa lucu, dan mungkin sebagian lagi merasa menyeramkan. Sungguh, memang terkadang kisah nyata ada juga yang bisa membuat tertawa—meski dari sudut pandang lain tetap menyeramkan. Dan kisah pertama yang mau saya ceritakan adalah ketika saya masih kelas 1 SMP—kalau tak salah ingat. Sebab, sebenarnya kisah kali pertama saya merasa terganggu dengan ‘mereka’ atau ‘dia’ ini tak mau saya ingat, tapi nyatanya sampai saya menulis ini saya masih saja ingat betul bagaimana wujud ‘dia’.

Sebenarnya aneh juga mengapa selama bertahun-tahun saya tak pernah menulis kisah pertama ini, padahal saya orang yang suka menulis cerita. Mungkin karena ada ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran yang tidak saya mengerti. Atau pula saat ini saya mulai berani atau mau berbagi, sekadar mengingatkan kawan-kawan dan tentu saya sendiri. Ya, bahwa kita tidak benar-benar sendiri. Ada makhluk lain, ada alam lain, dan tentu agar kita lebih mendekatkan diri kepada Tuhan; kepada Allah SWT.

Semoga kita dijauhkan dari keburukan, baik dari gangguan manusia dan jin. Semoga kebaikan selalu dekat dengan kita. Aamiin. Bila kamu merasakan gangguan jin, silakan baca surah-surah ini. Atau biasakan membacanya sebelum tidur, tentu ditambah dengan doa mau tidur: Al-Fatihah, pangkal Al-Baqarah 5 ayat, Ayat Kursi, ujung Al-Baqarah 3 ayat, Al-Ikhlas 3 kali, Al-Falaq, dan An-Nas.

 

Salam,

Ari Keling.





<