cover landing

Obsession

By heraseyou

Suara dentuman keras dan berulang-berulang terdengar di sebuah kelab malam.

Lampu kelap-kelip, DJ, wanita dengan pakaian minim, lalu para pria yang mencari kesenangan. Hampir semuanya tampak bebas di sini. Tampak nyaman tanpa tekanan.

Hampir.

Taya mengurut pangkal hidungnya. Berusaha untuk meringankan kepalanya yang terasa berat. Tidak, dia tak minum.

Dia juga tidak sedang nge-fly. Namun, hanya dengan mendengar semua teriakan orang yang berpesta seperti esok akan kiamat itu sudah cukup membuat kepalanya terasa berat.
Sesekali dia melirik ke sekitarnya untuk mencari orang yang bertanggung jawab atas semua yang dia alami sekarang.

Ugh. Dia berani bersumpah jika dia tak suka dengan semua ini. Dia lebih memilih pulang dan bersenang-senang dengan tempat tidur tercintanya.

Saat tidak menemukan keberadaan sahabatnya, Taya memutar matanya dengan kesal. Dia meraih handphone di dalam tas. Dengan cepat mencari sebuah nomor dan meneleponnya.

Kakinya mengetuk-ngetuk kesal saat panggilan pertamanya tidak ada jawaban. Tentu saja dia tidak akan menyerah. Dia tidak mungkin terus berada di sini selama semalam penuh dengan baju yang menonjolkan lekuk tubuhnya yang dia pinjam dari sahabatnya itu. Celakanya, laki-laki yang ada di sekitar melemparkan tatapan seolah ingin memakanya sekarang juga.

Bunuh saja dia sekarang!

Dipercobaan keempat untuk menghubungi sahabatnya kembali, Taya bernapas lega saat teleponnya tersambung.
Namun, napas lega Taya hanya berlangsung sebentar digantikan dengan gerutuan saat dirinya bukan disabut dengan kata hai atau halo, dia malah mendapatkan sebuah desahan wanita.

"Mella! Really?" Taya berteriak agar orang di seberang sana sadar dan menghentikan kegiatannya.

“Kau membujukku untuk menemanimu ke tempat ini. Membuatku menggunakan baju kurang bahan ini. Sekarang kau meninggalkanku sendiri? Di mana kau?" Taya terengah-engah karena terlalu bersemangat berteriak. Kepalanya semakin terasa berat. Benar-benar sahabatnya ini!

[Sst... sorry, dear. Aku tidak bermaksud untuk meninggalkanmu sendirian. Hanya saja tadi... kau tahu... aku bertemu dengan pria ini yang... ugh ...so damn hot!] Setelah Camella, Mella, bicara seperti itu terdengan suara cekikikan dan erangan yang membuat Taya mual.

Taya menutup mata mencoba untuk sabar sebelum kembali melanjutkan bicaranya, "Lalu? Sekarang apa? Kau ingin aku menunggumu sampai kau selesai dengan pria-so-damn-hot-mu itu?"

[No, tentu saja tidak, darling. Aku membawamu ke tempat ini bukan untuk menungguku selesai melakukan seks,] jeda sejenak sebelum Mella melanjutkan bicaranya. Sepertinya dia berjalan menjauh dari pria yang sekarang sedang bersamanya untuk mendapatkan privasi menelepon. [Aku membawamu ke sini untuk bersenang-senang. Bergaul. Have fun.]

"Have fun? Kau kan tahu aku tak bisa nyaman di tempat ini." Taya merengek. "Aku pulang saja ya?" Ucapnya lagi saat hanya terdengar bunyi tarikan napas pasrah di seberang sana.

[Ayolah, Taya. Sekali-kali kau harus keluar dari apartemenmu itu.]

"Aku setiap hari keluar, Mella. Aku bergaul, kok," Taya hampir saja merajuk.

[Bukan itu maksudku, Taya.] Nada bicara Mella terdengar frustrasi. [Ya sudah, terserah kau saja dasar keras kepala!] Mella tahu, dia tidak bisa terus memaksa Taya untuk bersosialisasi dengan orang di sekitarnya.

[Pulanglah dengan hati-hati, Taya. Sms aku jika kau sudah sampai. Aku menyayangimu.]

Taya tersenyum senang, akhirnya. "Love you too, Mella." Dan dia memutuskan telepon.

Wanita berumur 21 tahun itu beranjak dari kursinya dan dengan cepat menuju pintu keluar. Dengan hampir berlari akhirnya dia keluar dari tempat bising itu.

***

Samuel mengisap rokoknya dengan nikmat. Seolah barang itu adalah hal ternikmat yang ada di bumi ini.

Dia sedang berada di kelab sekarang. Namun, dia tidak berada di dalam ruangan. Dirinya sudah cukup bosan dengan dunia malam dan ingar bingar yang ada di dalam kelab, jadi dia memilih untuk keluar dan bersandar di dinding dekat pintu untuk menikmati sebatang rokok dan angin malam yang tidak membuatnya menggigil sedikit pun.

Tatapannya mengarah pada asap rokok yang melayang di sekitarnya dan terbang menjauh dengan sekejap karena ditiup angin. Begitu terus hingga batangan nikotin itu sudah terkikis habis tidak bisa diisap lagi.

Samuel membuang ke bawah puntung rokoknya dan menginjaknya agar padam, kemudian dia berdiam diri. Lagi-lagi menikmati kesendiriannya yang tiba-tiba terasa lebih menyenangkan dibandingkan dengan tidur bersama wanita-wanita yang ada di dalam kelab.

Hening panjang di sekitarnya tiba-tiba saja berhenti, saat pintu keluar yang ada di sampingnya terbuka.

Samuel mengernyitkan dahinya saat merasa pintu itu dibuka secara terburu-buru. Sebenarnya tidak terlalu mengganggu tetapi cukup untuk membuat Samuel menoleh dan memperhatikan siapa yang akan keluar dari sana.

Seorang wanita keluar dengan cepat. Benar pikiran Samuel, wanita itu terlihat buru-buru seperti dikejar orang padahal tidak ada siapa pun yang mengejarnya.

Cantik. Riasan smokey yang menghiasi wajahnya membuat iris cokelat milik wanita itu terbingkai dengan indah di antara eye shadow-nya yang gelap, juga rambut panjanganya yang menjuntai dan sedikit ikal di bagaian bawah. Jangan lupakan dress yang dikenakan wanita itu yang begitu sempurna melekat di tubuhnya. Wanita itu kelihatan sangat menarikPikir Samuel menilai. Sayangnya, dia sudah bosan dengan wanita seperti ini. Pasti tipikal wanita yang hanya mengandalkan kecantikan untuk meraih pria kaya.

Wanita itu sempat berdiri di samping Samuel untuk mengeluarkan ponsel dari tas tangannya. Menekan beberapa tombol dan meletakkan benda itu di dekat telinganya. Tanpa sadar Samuel terus memperhatikan sosok itu. Menunggu apa yang akan wanita tersebut lakukan. Merasa diperhatikan, wanita itu berbalik ke arah Samuel. Dia menaikkan satu alisnya. Menatap Samuel dari atas sampai bawah lalu mengalihkan tatapannya ke arah lain saat panggilannya dijawab.

Wanita itu sepertinya tengah memesan taksi. Setelah selesai, wanita itu langsung pergi tanpa memandang Samuel yang sedari tadi diam karena tertohok dengan kenyataan ada seorang wanita yang membuang muka darinya seakan tidak tertarik dengan wajah tampan serta badan atletisnya.

***





<