cover landing

Selingkuh Karenamu

By Ratna Dks

Dalam dongeng Putri Salju, Cinderella, Beauty & The Beast - bahkan dongeng kekinian seperti Enchanted - pernikahan selalu menjadi awal kebahagiaan, bukan akhir.

Itulah yang orang yakini, perempuan yakini, dan laki-laki yakini. Bahwa pernikahan tak akan semu.

Perjalanannya akan indah berwarna diisi kehangatan pasangan dan keriangan anak-anak.

Tak ada ruang untuk menyesali pernikahan, jika pernikahan benar terjadi atas dasar cinta.

Cinta… sekali lagi hanya cinta yang mampu menyatukan dua insan dalam bahtera pernikahan yang kudus.

Kata-kata itu seperti bait puisi yang penuh makna, nasihat pernikahan yang agung, yang tanpa cela dan menggambarkan bagaimana pernikahan bermula. Imajinasi tanpa batas tiap pasangan yang kehilangan akal ketika cinta merasuki. Entah cinta atau sekedar keinginan untuk saling melengkapi nyatanya ketika pernikahan tak sesuai harapan, kesakitan itu mencari jalan penyelesaian sendiri.

“Kau sedang mengirim pesan untuk siapa ?”

“Hasti. Aku harus menjelaskannya. Kenapa semua ini terjadi. Mungkin dengan begini ia bisa mengintrospeksi dirinya. Menyadari kesalahannya dan tak mengulangi di masa mendatang.”

Suchi mengangguk,  “Aku juga menulis surat untuk Priya. Aku ingin Ia tahu apa yang kurasakan selama ini dan menghargai keputusanku untuk pergi.”

Raga telah selesai mengirim pesan, Ia melihat ke Suchi, “Semoga Mereka bisa menemukan orang lain dan tak menyakiti pasangannya lagi.”

Suchi terangguk, melihat ke Raga yang sudah naik motor. Suchi menyusul Raga naik di boncengan belakang.

“Pegangan yang erat.” Raga menyeru.

Suchi menurut, Ia melingkarkan tangannya ke pinggang Raga. Berpikir bahwa setelah dari pengadilan mereka berdua tinggal menunggu sidang untuk terlepas dari pasangan masing-masing.

Suchi dan Raga tak berpikir bahwa Priya sejak semalam telah menyebar foto istrinya ke semua rekan polisi. Priya benar-benar dihantui amarah menyadari istrinya nekat melarikan diri. Ia tak mengira Suchi akan seberani itu. Suchi yang selama ini ia kenal penurut bisa sedemikan berubah hanya karena suami orang lain.

“Kau lihat saja, aku akan memberi hukuman yang pantas untukmu.” Priya meremas sofa rumahnya. Ia melihat tak sabar pada ajudan dan dua polisi bawahannya yang sejak semalam menemaninya begadang menunggu kabar dari rekan-rekan di bagian Satlantas dan penyelidikan.

Belum pernah Priya merasa terhina seperti sekarang ini. Dikhianati istri yang terlihat baik, polos dan tak macam-macam. Namun nyatanya di belakangnya, Suchi nekat menjalin hubungan dengan tetangga depan rumah. “BRENGSEK !”

Dering ponsel terdengar dari milik salah satu polisi, “Ya.”

Polisi itu menyimak penjelasan dari seberang.

“Trims atas bantuannya.” Setelah selesai mendengar penjelasannya, polisi tersebut menutup ponselnya dan melihat sejurus ke Priya.

“Mereka memesan hotel di Matraman.” Takut-takut bawahannya menjelaskan.

Priya bangkit dari kursinya, ia menendang kursi yang tadi didudukinya, “BAJINGAN!”

Ia sudah bisa membayangkan apa yang terjadi semalam, tidur di kamar yang sama, dua orang berbeda jenis kelamin, tak mungkin tak ada yang tak terjadi. Mereka pasti telah intim. Raga pasti meniduri istrinya. Bayangan-bayangan mereka berdua yang bercumbu semalaman makin membakar Priya dalam api kemarahan. Ia akan memberi pelajaran pada mereka berdua. Mereka harus menerima akibat dari perbuatannya. Priya tak akan memberi ampun walaupun Suchi memohon. Suchi harus tahu kalau ia bukan suami yang senang dipermainkan dan dikhianati seperti sekarang.

 “BANGSAT!” Sekali lagi Priya mengeluarkan umpatan yang tak lagi bisa dikendalikan.

“Saya akan minta bagian Satlantas memeriksa CCTV di Slamet Riyadi.” Ajudannya mencoba menenangkan Priya. Ia menghubungi rekan polisi di Satlantas Jakarta.

Semenit, dua menit, lima belas menit berlalu, ponsel ajudan berdering. Priya dan dua anak buahnya melihat sejurus

“Iya, Pak, trims infonya.” Ajudannya melihat ke Priya begitu ponsel ditutup

“Ada sepeda motor yang melintas di Slamet Riyadi. Ciri-ciri pengendara dan perempuan yang diboncengnya mirip dengan foto yang kita kirim.”

“Kita ke sana. Aku harus memberi mereka pelajaran.” Priya bergegas meninggalkan rumahnya diikuti tiga anak buahnya.

Ibunya yang sedari tadi di dalam bergegas menyusul keluar dan memerhatikan mobil Priya yang menghilang dari muka rumahnya. “Semoga setelah Suchi tertangkap, Priya akan segera menceraikannya. Perempuan mandul itu benar-benar sudah keterlaluan!”

Sambil berjalan masuk ke dalam Ibu Priya mengeluarkan gerutuan tentang menantunya. Ia sudah sebal sejak kemarin, Sejak menantunya kabur dari rumah dan Priya menyalahkannya karena membiarkan Suchi sendirian dirumah. “Memang dasar sundal tak tahu diri!” Ibu Priya mendengus kesal.

Sirene mobil polisi terdengar di belakang mereka saat motor yang dikemudikan Raga melintasi Jalan Jatinegara.

Suchi menoleh, terkejut begitu menyadari mobil polisi yang beberapa ratus meter di belakang mereka memberi lampu dim.

“Raga, mobil polisi itu—” Suchi tak meneruskan, Ia melihat satu tangan dikeluarkan dari jendela mobil. Sepertinya polisi menyuruh mereka berhenti.

Raga melirik kaca spion, Ia bisa menebak apa yang terjadi. Tak mungkin mereka ditilang, mereka menggunakan helm dan membawa surat-surat lengkap “Suamimu.”

Raga menarik gas motornya dalam-dalam, “Pegangan yang erat.”

Raga tak ingin mereka tertangkap, ia tahu apa yang akan terjadi jika mereka berdua tertangkap. Mereka harus kembali pada pasangan masing-masing dengan ketidak bahagiaan yang menyertai.

“Jangan lepaskan pegangannya.” Raga mengingatkan.

Suchi mengangguk, ia merangkul erat pinggang Raga yang memboncengnya. Sesekali ia menoleh ke belakang dan melihat mobil polisi yang berusaha mengejar mereka

“Mereka semakin dekat.” Suchi berbisik panik. Ia takut mereka tertangkap. Ia tak tahu kalau tertangkap bagaimana harus menghadapi Priya.

“Tenanglah. Mereka tak akan bisa menangkap kita.” Raga menarik gas dalam-dalam dan nekat menyalip kendaraan kanan kiri.

Suchi memejamkan mata, ngeri melihat bagaimana rapatnya mereka dengan kendaraan lain

 “Aku ingin hidup. Hidup bahagia bersama pria ini.” Suchi berdoa dalam hati. Tak disadari olehnya saat ia memanjatkan doa Raga tengah mengambil lajur yang salah. Raga nekat mengambil lajur busway dan berusaha menyalip bus tersebut.

‘BRAKKKKKK!!!’ Dentuman keras terjadi dan melemparkan tubuh mereka berdua ke aspal jalan.

***





<