cover landing

Townbee

By Fanny Kautsar

Ia memasang sabuk pengaman setelah melepas  jas yang membuat lebih sesak dari biasanya. Padahal, hampir setiap hari ia mengenakan setelan serupa di balik meja kerja. Ia duduk tepat di samping tumpukan balok-balok kayu berisi puluhan bungkus kopi, sedangkan tumpukan lebih besar lainnya berisi perkakas yang baru diimpor hari ini. Dua pilot yang akan menerbangkan pesawat sesekali tampak menoleh dan tersenyum segan. Bagaimana tidak, mereka merasa khawatir mendapati wali kota mereka—terlebih ia adalah seorang wanita—duduk di antara barang-barang yang akan mereka bawa ke kota. 

“Tidak apa-apa, aku lebih nyaman naik pesawat ini dari pada harus memakai pesawat mereka!” Seru Seulgi yang menyadari sang pilot khawatir dengan kenyamanannya, padahal ia sama sekali tidak terganggu di dalam pesawat kecil pengangkut barang dan lebih memilih menghindari politik di balik berbagai penawaran kendaraan pulangnya. Menyadari hal itu, sang sekretaris—tuan Kim tampak tersenyum yang duduk di seberangnya sambil memegang buku catatan yang selalu ia bawa ke mana pun mereka pergi. “Apa ini kopi?”

“Iya, Nona.” Seru pilot yang tampak lebih tua dari pilot di sebelahnya.

Seulgi mengangguk puas.

Bagaimana pun masih banyak kekurangan di kotanya yang terbilang mandiri dan ia hanya ingin mendapatkan yang terbaik untuk penduduk. Hari ini Seulgi meraih piagam penghargaan di balik bucket bunga yang disimpannya, ia membacanya dengan saksama dan tersenyum. “Kakek akan bangga dengan kota sekarang, jika ia melihatnya.”

“Dan juga bangga dengan anda.” Seru tuan Kim tampak tersenyum seperti ayah yang bangga pada anaknya. Ia memang lebih tua dari Seulgi yang mendapat gelar sebagai wali kota termuda, tuan Kim sudah mengabdi pada wali kota sebelumnya yang merupakan kakek Seulgi—Kang Hyun Su—selama sepuluh tahun kepemimpinan hingga akhirnya ia jatuh sakit dan meninggal di usia tua. Tuan Kim layaknya pawang kota, ia jauh lebih tahu tentang kota namun, lebih memilih menjadi sekretaris dan penasihat di balik orang-orang hebat yang memimpin kota.

Tuan Kim merasa keputusannya bekerja hampir 30 tahun ini adalah keputusan yang tepat dan ia sangat mendukung ketika Kang Hyun Su memilih Seulgi, alih-alih memilihnya untuk menempati posisi wali kota. Ia bisa melihat kinerja yang sama antara wali kota dengan Seulgi, walaupun tidak dapat dipungkiri ada kecemasan dan keraguan pada diri Seulgi dulu saat pertama kali menyanggupi permintaan untuk mengambil alih Townbee.

Hal itu bukan tanpa alasan, Townbee merupakan kota kecil di sebuah pulau yang sudah lama diabaikan, kota yang tidak dikenal dan jarang dibicarakan karena memang orang-orang bahkan tidak mengetahuinya. Townbee berada di balik tebing batu dan dikelilingi luasnya lautan. Butuh waktu 8 hari jika berkendara dari ibu kota dengan mobil untuk sampai ke Townbee, melewati beberapa pedesaan hingga akhirnya yang terlihat hanya hamparan padang rumput juga hutan, jika sudah menemukan sungai besar maka kita akan menemukan bukit-bukit batu dan artinya kau sudah dekat dengan kota. Bahkan bukan rahasia lagi bagi penduduk Townbee, bahwa kota mereka seakan diabaikan oleh pemerintah dengan anggaran yang jauh dari kata cukup. Kota terpencil, tidak strategis, membuat kota Townbee semakin ditinggalkan. Karena itu, tidak ada calon anggota pemerintahan yang tertarik untuk mengembangkan kota.

Sebenarnya, ada empat jalur transportasi namun, tiga dari empat hanya dipakai sebagai transportasi barang. Yang pertama, jalur kereta api. Townbee memiliki 3 jalur kereta api dengan masing-masing hanya memiliki empat kargo pengangkut barang. Yang kedua adalah kapal laut, lebih tepatnya 3 kapal kecil yang hanya muat mengangkut 4 balok kayu besar dan 5 awak kapal. Dan yang ketiga adalah pesawat terbang, yang kini dinaiki Seulgi dan tuan Kim, mampu mengangkut hingga sembilan balok kayu besar dan beberapa barang dengan ukuran kecil yang digunakan sebagai alat transportasi impor dan ekspor kota Townbee. Yang keempat, yaitu jalur darat selain kereta api yang terhubung langsung dengan kota yang ditandai dengan terowongan panjang di bawah bukit. Sehingga tidak ada pilihan selain berkendara selama 8 hari, yang membuat siapa pun akan berpikir dua kali untuk datang ke sana.

Townbee terlalu kecil untuk dikatakan sebagai kota namun, pencapaian dan kinerjanya sudah semandiri suatu negara. Sebelum kepemimpinan Kang Hyun Su, Townbee hanyalah sebuah kota terpencil yang rumah penduduknya dapat dihitung dengan jari, hanya ada perkebunan dan peternakan, pabrik-pabrik terbengkalai, tempat-tempat pelayanan masyarakat yang tidak memenuhi standar namun, tanpa diketahui SDM dan SDA yang dimiliki Townbee seperti permata yang tersembunyi. Kang Hyun Su merupakan wali kota pertama yang menemukan ‘permata’ itu. Mulai dari mendesain ulang rancangan kota, membangun pabrik-pabrik kebutuhan dengan kolaborasi keahlian penduduk meskipun bukan pabrik besar layaknya di kota lain. Ia membuat semuanya dengan anggaran, ukuran, dan spesifikasi cukup, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil namun, dapat memenuhi kebutuhan penduduk Townbee. Apalagi, saat Kang Hyun Su kembali mengoperasikan tambang terbengkalai. Lalu, membuat landasan bandara, meski saat itu belum bisa mendapatkan pesawat, juga pelabuhan dengan satu kapal kecil. Ia juga meminta para petani berkebun di lahan milik negara yang letaknya paling tinggi di kota, mereka menyebutnya desa Townbee.

Masa kepemimpinan Kang Hyun Su begitu terasa, membangun belasan pabrik, landasan, pelabuhan, museum, hingga taman wisata dan tempat-tempat terbengkalai lainnya mulai hidup yang membuat Townbee dibicarakan dari mulut ke mulut. Hingga akhirnya, Seulgi, seorang wanita muda berpendidikan menggantikan kepemimpinan dan membuat Townbee kini diminati dan dibicarakan di seluruh dunia. Seulgi membuat kereta ketiga dioperasikan, menambah 2 kapal, berhasil mendapatkan pesawat barang dengan ukuran sedang dan satu helikopter, meskipun bukan helikopter baru. Seulgi juga menyelesaikan taman wisata yang dibuat Kang Hyun Su hingga akhirnya bisa dinikmati penduduk kota, mengisi museum dengan benda-benda bersejarah kota, membangun teater, laboratorium, hingga bendungan yang belum terselesaikan. Dan yang lebih dikenal adalah cara Seulgi mempercantik kota, ia menata kota lebih menarik dan berwarna dengan bantuan penduduk. Namun, yang lebih membuatnya dibicarakan adalah karena ia wali kota termuda dan wanita pertama yang menjadi wali kota Townbee. Terlebih, ia merupakan arsitek yang sebelumnya sama sekali tidak mendalami politik.

Ya... di sinilah peran tuan Kim yang lebih memahami politik ketimbang Seulgi. Setidaknya Seulgi tahu yang sangat dibutuhkan; soal kebutuhan penduduk kota, meningkatkan kredibilitas, kualitas dan kuantitas kota. Dan, kerja kerasnya kini membuahkan hasil. Townbee dikenal diseluruh dunia, menjadi headline surat kabar, dan perbincangan di media sosial bahkan sudah banyak media yang memberitakannya, membuat Townbee dikenal dengan banyak nama, mulai dari “Kota Mandiri”, “Kota Indah di Balik Batu”, “Kota Tersembunyi”, dan sebutan lainnya, namun yang lebih penting adalah naiknya anggaran pembangunan untuk kota Townbee. Dengan naiknya popularitas Townbee, naik pula anggaran pembangunan dari pemerintah yang membuat Seulgi semakin sibuk dan menghiraukan popularitasnya sebagai wali kota. Mendadak Seulgi mendapat banyak tawaran hadir di berbagai stasiun TV, menjadi pembicara politik yang bahkan ia tidak pahami. Untungnya, semuan itu bisa ia limpahkan pada wakil wali kota, yaitu Byun Baekhyun yang kini sibuk menggantikannya tur dari stasiun TV satu ke satsiun TV lainnya.

Seulgi hanya akan hadir jika terkait acara pemerintah seperti hari ini dan presiden sendiri yang memintanya menerima penghargaan secara langsung. Mengingat bagaimana kegiatannya hari ini, akhirnya ia kelelahan di dalam pesawat barang menuju Townbee. Sehingga, ada dua perbedaan dalam catatan agenda Seulgi sebagai wali kota dan Baekhyun sebagai wakil wali kota; agenda Seulgi dipenuhi dengan kunjungan ke desa, pabrik, pelabuhan, dan penduduk kota, sedangkan Baekhyun dipenuhi dengan agenda sebagai pembicara, tamu di stasiun TV baik acara formal maupun bincang-bincang, sehingga dirinya lebih sering berada di luar kota.

“Waaaah, mulutku sepertinya mulai kaku karena berbicara terus.” Seru Baekhyun cerewet yang pagi tadi bertemu Seulgi.

“Dan Oppa tidak menyesalinya, kan, sekarang?” Goda Seulgi pada Baekhyun yang tersenyum malu mengingat betapa enggannya ia dulu, saat dipaksa Seulgi untuk mencalonkan diri sebagai wakil wali kota bersamanya. Kini, ia tersenyum lebar, saat pekerjaan yang ia lakukan tidak berbeda jauh dengan apa yang ia impikan: menjadi terkenal.

***

Keesokan paginya, Seulgi sudah berada di ruang kerja. Ia menggantung jasnya, melipat lengan kemeja, lalu mengikat rambut kecokelatannya dengan cepat. Ia menyesap teh hangat yang mengepul sambil membaca koran lokal yang menunjukkan perkembangan kota Townbee, ia juga mengecek barisan E-mail yang ia dapat. Namun, semuanya adalah undangan wawancara, maka ia langsung bangkit dari kursinya menuju papan miring yang memperlihatkan sketsa sebuah gedung yang hampir selesai.

Tok tok tok!

“Oh, tuan Kim!”

“Selamat pagi.” Tuan Kim tersenyum hangat sambil menutup pintu.

“Selamat pagi. Ah… ada beberapa E-mail yang belum aku buka, tapi sepertinya itu semua pekerjaan untuk Baekhyun Oppa.”

Tuan Kim tersenyum, lalu mengecek E-mail satu per satu, mencatatnya memo kecil, lalu berdiri menghadap Seulgi yang sedang memperhatikan sketsanya dengan hati-hati. Ia tampak mengambil pensilnya, lalu membungkuk menulis berbagai angka-angka. “Ke mana kita hari ini?” Tanya Seulgi tanpa melihat tuan Kim.

“Kita akan ke desa karena hari ini mereka akan panen. Kita juga akan ke perumahan untuk mengecek kelengkapan tempat tinggal para tentara. Dan yang terakhir, kita akan ke laboratorium.”

“Ya ampun! Aku hampir lupa! Kemarin Taeyeon Eonni mengabariku agar aku cepat mengunjunginya. Kita harus ke sana, aku tidak mau ada yang terlupakan.” Seulgi kembali menghitung angka-angka. “Ah... biarkan aku selesai dengan ini, setelah itu kita langsung pergi. Aku tidak mau membuat para petani menunggu.”

Tuan Kim mengangguk dan tersenyum menatap Seulgi yang mempercepat coretannya.

***

“Ke mana saja kau?! Aku sudah menghubungimu sejak kemarin.” Seru Taeyeon yang berkacak pinggang dengan jas putihnya saat Seulgi datang.

“Haha… maafkan aku Eonni, kemarin terlalu sibuk. Baiklah, apa yang mau kau beritahu padaku hingga kau marah-marah?”

Taeyeon tiba-tiba tampak gelisah, ia menatap ke sekelilingnya di mana para peneliti berseliweran. Ia menarik lengan Seulgi dengan tergesa ke ruangan kerjanya, kemudian menutup pintu dan tirai.

“Dua hari lalu aku mendapatkan E-mail dari juniorku Heechan,  yang bekerja di Laboratorium Apolo. Kau tahu Laboratorium Apolo?”

Seulgi mengangguk. “Laboratorium kebanggaan negara ini, kan? Laboratorium di tengah laut sana.” Seulgi menunjuk dengan lengannya ke arah jendela.

Taeyeon mengangguk cepat-cepat. “Aku memintanya memeriksa hasil penelitianku tentang zat yang baru kutemukan, karena mereka punya alat yang jauh lebih canggih daripada punyaku. Aku menanyakan sesuatu tentang hasilnya dan berharap analisisku salah, setelah dia menelitinya dia pun berharap seperti itu,” jelas Taeyeon gelisah.

“Apa maksud Eonni?”

“Zat itu merupakan zat cair yang sudah berumur ribuan tahun, zat yang dianggap sebagai salah satu zat yang berada dalam kandungan obat penyembuh segala macam penyakit menular pada zamannya. Tapi itu dulu, khasiatnya sudah menghilang sejak lama. Karenanya, kandungannya berubah drastis dan menjadi unsur lain yang berbahaya dan jika komposisinya memiliki kontak dengan kita, hal itu akan menimbulkan pusing hebat, kejang-kejang, kesulitan bernapas, bahkan… kematian.”

Wajah Seulgi berubah serius.

“Dan tiba-tiba saja, si nenek sihir itu mengklaim bahwa mereka yang menemukannya! Wah, Heechan bodoh sekali. Bagaimana ia bisa sampai ketahuan dan berakhir seperti ini?!” seru Taeyeon geram.

Seulgi hendak berbicara namun, Taeyeon langsung meraih lengan dan memandangnya khawatir.

“Tapi, bukan itu intinya. Masalahnya adalah—“

“Masalahnya?” Seulgi manatap Taeyeon penuh tanya.

“Minggu depan, presiden akan meresmikan laboratorium baru di ibu kota dan mereka berencana memamerkan temuan akan zat tersebut. Kita sebut saja zat itu dengan nama ‘Zat Emas Kuno’”

***





<